.quickedit{ display:none; }

SEJARAH

SEJARAH DESA KEDUNGSRI

        Untuk menggali sumber data berdirinya Desa Kedungsri, Pemerintah Desa, tokoh masyarakat, para sesepuh dan beberapa warga masyarakat yang setidaknya mengetahui sejarah berdirinya Desa Kedungsri berkumpul untuk menggali informasi sejarah mengenai Desa Kedungsri dari dulu kala.
Para sesepuh dan tokoh masyarakat menuturkan berdasarkan cerita dari nenek moyang yang telah diceritakan secara turun temurun bahwa sejarah Desa Kedungsri dimulai tahun 1901 yang ditandai dengan
adanya penggabungan empat Desa yaitu
, juru tengah kulon, juru tengah wetan, karang wetan dan karangaglik. Desa – desa penggabungan tersebut yang selanjutnya disebut dukuh yang dipimpin oleh seorang kebayan. Pedukuhan juru tengah kulon setelah adanya penggabungan diganti nama menjadi pedukuhan krajan, karena Lurahnya berkedudukan di pedukuhan juru tengah kulon. Dasar pemberian nama Desa Kedungsri karena wilayahnya berupa daerah kedung (rawa) yang subur untuk ditanami padi. Mungkin karena pada dasarnya desa kita ini dulunya di buka dari rawa – rawa tapi bagus sekali untuk tanaman padi maka dinamakan Kedungsri yang artinya daerah kedung (rawa) yang subur untuk ditanami padi. Kedungsri terdiri dari kira – kira 1/3 tanah darat dan 2/3 sawah.
        Pangeran Diponegoro berperang melawan Belanda tahun 1825 – 1830 dengan dibantu oleh 2 orang yaitu Pangeran  Mangkubumi dan Sentot Alibasah Prawirodirdjo, tahun 1830 Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda Sentot Alibasah Prawirodirdjo dengan prajuritnya melarikan diri kearah barat, dalam persembunyiannya tersebar dihutan – hutan, gunung – gunung dan rawa – rawa.
Salah satu prajurit Pangeran Diponegoro adalah WONODJOJO ikut lari ke arah barat dengan 20 orang prajuritnya bersembunyi di rawa dan membuka hutan dijadikan tempat tinggal yang selanjutnya menjadi desa JURU TENGAH KULON. Desa Juru Tengah Kulon berdiri ± tahun 1840 an dengan lurahnya WONODJOJO (lurah pertama) setelah Wonodjojo berhenti diganti oleh anaknya yang ketiga DJOGO PAWIRO, Djogo Pawiro berhenti diganti kakaknya WONO DURIJO hingga tahun 1901.

        Tahun 1901 pemerintah saat itu menggabungkan desa – desa yang wilayahnya kecil, Juru Tengah Kulon digabungkan dengan Juru Tengah Wetan, Karang Wetan dan Karang Aglik menjadi DESA KEDUNGSRI hingga sekarang. Yang sebelumnya desa kecil – kecil tersebut  dijadikan dukuh, desa Kedungsri dipimpin oleh menantunya anak pertama  dari Wonodjojo (Toyoso) yaitu AMAT SENAWI yang kalau tidak salah berasal dari desa Wironatan Kecamatan Butuh. Namun karena perkembangan, yang dahulunya Desa Juru Tengah Kulon dengan dibuatnya sungai yang lebih berfungsi untuk saluran irigasi yang diharapkan lancar dibangun sungai yang membentang lurus dari saluran Bendungan Pekathingan, sehingga memecah Desa Juru Tengah Kulon menjadi dua bagian. Yang sekarang dinamakan dengan  dusun Krajan tersebut. Dan juga karena lurahnya bertempat tinggal di dukuh Juru Tengah Kulon maka pedukuhan tersebut selanjutnya dinamakan pedukuhan KRAJAN hingga sekarang. Maka dari itu ada warga desa Kedungsri yang berada di seberang barat sungai dan juga ada warga sruwohdukuh yang berada di timur sungai.

KEPEMIMPINAN DESA KEDUNGSRI

Periode desa Kedungsri yang dimulai tahun 1901 dengan lurahnya AMAT SENAWI, setelah Amat Senawi yang menjabat dari tahun 1901 adapun akhir jabatannya tidak diketahui. Selanjutnya diganti oleh SONTO (keturunan dari lurah Juru Tengah Wetan) selama 16 bulan, untuk periode setelah SONTO yaitu anak dari Amat Senawi yaitu KARIJO REDJO hingga tahun 1945, tahun  1945 diganti oleh adiknya Karijo Redjo yaitu SUROTO hingga meninggal tahun 1964, diteruskan oleh anaknya S. WONODJOJO yang menjabat dari tahun 1964 – 1989. Dalam periode ini timbul Undang – undang No. 5 tahun 1979  tentang Pemerintahan desa maka sebutan lurah sebagai kepala desa menjadi KEPALA DESA dan dukuh diganti dengan nama DUSUN yang dikepalai oleh seorang kepala dusun yang sebelumnya adalah seorang kebayan, sebagai bagian dari wilayah Desa. Pada periode kepala desa S.Wonodjojo berhenti diganti oleh SALMAN yang menjabat hanya 1 periode ( 1989-1997), setelah periode SALMAN sebagai penggantinya adalah  anak ke 4 dari S. Wonodjojo  yaitu PANDU SURIPTO SUPRIONO  selama  (2 periode), setelah periode PANDU SURIPTO SUPRIONO sebagai penggantinya adalah DAROJI (sekarang).
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar