Desa kedungsri letaknya yaitu berupa tanah datar, dengan lahan sebagian besar dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk lahan pertanian, perkebunan dan perikanan sehingga sebagian
besar masyarakat desa adalah petani dan petani penggarap.
Sub Sektor Pertanian
Dalam usaha pada sub sektor pertanian ini dapat kami
bagi menjadi beberapa komoditas antara lain Tanaman pangan, tanaman perkebunan dan tanaman palawija, dll.
i.
Tanaman pangan
Areal persawahan di Desa
Kedungsri kurang lebih 64 hektar atau 2/3 dari luas Desa Kedungsri. Yang berarti banyak peluang untuk pengembangan perdagangan
beras dari daerah ke luar daerah. sebagai
contoh Jakarta mengambil beras dari Solo padahal yang sebenarnya sebagian beras
Solo yang masuk Jakarta adalah dari daerah kita, andaikata kita dapat memotong
jalur distribusi Solo maka keuntungan yang seharusnya dipungut oleh pedagang beras
Solo dapat masuk keuntungan daerah kita. Agar analisa lebih akurat maka kita
harus mengadakan survey yang lebih rinci, adapun data yang kita perlukan antara
lain :
-
Luas sawah
Dengan mengetahui luas sawah di Desa Kedungsri maka kita dapat memprediksikan berapa hasil beras
setiap tahun.
-
Jumlah penduduk
Dengan mengetahui jumlah penduduk di Desa Kedungsri kita dapat memprediksikan kebutuhan konsumsi beras yang kita butuhkan setiap
tahun.
Dari kedua data tersebut maka kita dapat menghitung
berapa beras yang dapat kita usahakan keluar (ke Jakarta) sebagai lapangan
usaha bagi masyarakat Desa Kedungsri.
ii.
Tanaman perkebunan
a.
Kelapa lokal
Tanah darat yang ada di Desa
Kedungsri hampir semua ditanami kelapa, hasil kelapa cukup melimpah
dari semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan. Antara lain daging kelapa,
batok, sabut, daun, malai, batang pohon, dan lain-lainnya. Secara tradisional
nenek moyang kita hanya mengambil buahnya saja, akan tetapi pada akhir – akhir
ini ± 10 tahun belakangan gula merah
mulai diusahakan, bila kita bicara gula merah maka kami teringat tenaga kerja yang baik dari Kabupaten
Purbalingga, hal ini otomatis setengah dari hasil gula tersebut diboyong ke
Purbalingga. Sedangkan untuk penduduk asli jarang yang mengerjakan pembuatan
gula.
Komoditas lainnya
Setelah kita bicara kelapa dan jeruk secara panjang
lebar masih banyak lagi komoditas lainnya antara lain sebagai contoh pisang , sekarang sudah mulai
ditangani pasca panennya sehingga kita yang di Jakarta sudah bisa merasakan
betapa enaknya selai pisang hasil karya saudara – saudara kita yang masih
bermukim di daerah.
iii.
Tanaman
Obat.
Dalam semak – semak sering kita temukan beberapa tanaman obat
yang belum pernah mendapat sentuhan sama sekali. Kalau toh ada hanya dengan
serba sedikit. Contohnya antara lain :
Jahe, temu ireng, temu lawak, temu giring, kencur, kunyit, kunyit putih,
lempuyang, kunci, cabe, pace dll.
iv.
Tanaman
Hutan.
Potensi kayu keras dapat
diperoleh dengan cara meremajakan pohon kelapa yang sudah tua, batang pohonnya dapat
dipergunakan untuk bahan bangunan.
b. Sub Sektor Peternakan.
1. Ternak
Besar.
Ternak besar di daerah kita sangat beragam antara
lain kerbau, sapi, kambing dan domba. Sumber pakan untuk ternak besar di daerah
kita ada dimana-mana dan stoknya cukup baik. Antara lain. Rumput, jerami
(damen) diolah dengan silo, dedak, dedaunan dll. Agar lebih jelas masalah
ternak besar mari kita kupas satu persatu.
a. Kerbau
Ternak besar yang sangat
populer di daerah kita adalah kerbau, kerbau disamping hewan yang multi guna
juga termasuk simbol kemampuan ekonomi keluarga. Dalam perjalanannya kerbau
sebagai hewan multiguna pada saat ini salah satu kegunaannya telah direnggut
oleh kerbau-kerbau dari Jepang yang minumnya solar. Padahal sudah terbukti
bahwa kerbau didaerah kita perkembang dengan baik, hanya karena faktor keamanan
dan beberapa fungsinya yang hilang, maka kerbau daerah Butuh saat ini
populasinya sangat kecil .
b. Sapi (lembu)
Ternak besar selain
kerbau yang sangat populer di daerah
kita juga adalah sapi, sapi/ lembu disamping hewan yang multi guna juga termasuk
simbol kemampuan ekonomi keluarga. Namun di Desa Kedungsri populasi sapi
lebih sedikit dari pada kerbau, dikarenakan harganya yang lebih mahal. Selain
untuk dijual kembali setelah besar nanti sapi ini juga sering digunakan sebagai
tabungan masa depan yang artinya membeli sapi ketika umur masih muda dan
dipelihara selanjutnya dijual setelah layak untuk dijual sehingga harganya berlipat.
c.
Kambing dan
Domba
Ternak besar selain
kerbau dan sapi yang ada di Desa Kedungsri adalah Kambing dan Domba, Kambing
dan Domba disamping hewan yang multi guna juga termasuk simbol kemampuan ekonomi
keluarga. Ternak domba di Desa Kedungsri populasinya juga cukup banyak
karena dari segi harga ataupun biaya lebih murah dari pada sapid an kerbau.
2. Ternak Unggas.
Unggas, ternak yang sudah
turun temurun kita kenal antara lain ayam, itik, itik manila(entok), angsa dll.
a. Ayam
Kita semua mengetahui bahwa
tiada rumah yang tidak memelihara ayam, orang tua kita memelihara ayam dengan
tujuan yang sangat populer adalah sebagai penampung sisa makanan yang tidak
habis kita makan. Selain daripada itu juga untuk menjamu bila anak dan cucunya
pulang kampung, betulkan ?? kami pernah
merasakan bahwa untuk membayar sekolahpun
kita harus menjual ayam dulu, sampai membeli baju dan untuk ongkos
berangkat ke Jakarta. Ayam sebagai penunjang kebutuhan ekonomi keluarga, ini
sudah kita rasakan mafaatnya, tapi masih dengan bentuk usaha sambilan.
b. Itik (bebek)
Luas wilayah 2/3 Desa Kedungsri adalah persawahan apalagi sisi selatan daerahnya perswahan yang
luas disertai banyak dengan kolam – kolam yang cukup banyak sehingga tepat sekali untuk memelihara unggas yang
banyak memerlukan air yaitu bebek. Dari bebekini sebenarnya banyak yang
bias dimanfaatkan diantaranya dari daging dan telornya.
c. Burung Merpati.
Di Desa Kedungsri juga banyak terdapat burung merpati atau sering disebut
juga burung dara. Selain untuk menyalurkan hobi/ kesenangannya burung dara ini
juga sering diadu atau digunakan untuk tomprang (balapan). Sebenernya banyak manfaat yang dapat diambil
dari burung dara tersebut, namun karena masih kurangnya pengetahuan akan
manfaat yang dapat diambil dari burung dara tersebut maka populasi burung dara
yang ada di Desa Kedungsri hanya dimanfaatkan untuk hobi memelihara saja.
d. Unggas Lainnya.
Dengan skala yang sangat kecil
kita masih menemukan unggas lain antara lain angsa, entok (itik manila) kalkun
dan lainnya.
c. Sub Sektor Perikanan.
Bila kita amati didaerah kita
untuk sub sektor perikanan dapat kami bedakan menjadi 2 bagian yaitu perikanan
perairan umum dan perikanan budidaya.
i. Ikan perairan umum
Ikan perairan
umum adalah ikan yang hidup di kali-kali, sawah, rawa-rawa yang sifatnya siapa
saja boleh menangkapnya, masih banyak memang jenis ikan perairan umum antara
lain : Lele, gabus, belut, sidat, sepat, sepat siam, betik, sili, kating,
wader, mujair, gurameh, kepiting, sondol, gabel, udang dll, tetapi sekarang ikan apa yang masih ada
hampir tinggal kenangan.
ii. Ikan Budidaya
Ikan budidaya
adalah ikan yang memang diusahakan secara khusus pada kolam-kolam, yang masih
banyak diusahakan antara lain: gurame, lele, mujair dll.
-
Gurame.
Gurame
sebagai ikan budidaya yang sudah cukup lama bertahan, ketika kami masih kecil
makan ikan gurame hanya pada acara yang istimewa, mudah-mudahan ini hanya
berlaku untuk kami sedangkan untuk yang lain tidak.
-
Lele.
Lele yang
kita kenal dahulu adalah lele lokal yang kita tangkap di perairan umum, akan
tetapi sekarang adanya lele dumbo mulailah masyarakat Kedungsri membudidayakannya, betul memang daerah
kita cocok sekali untuk pengembangannya. Lele lokal sulit untuk dibudidayakan
walaupun rasanya sangat menjanjikan, akan tetapi pembudidayaanya lele dumbo
masih kurang teknis sehingga dalam perkembangannya hasil penennya belum
memuaskan, dalam waktu 5 bulan lele dumbo ada yang sebesar paha tapi juga masih
ada yang masih sebesar kelingking.
Menurut hemat
kami lele dumbo sangat bagus dibudidayakan didaerah kita hanya perlu penanganan
yang agak sedikit teknis.
-
Belut.
Belut kita
tangkap di sawah dengan cara mamancing, ngobor (dahulu), tetapi sekarang dengan
perkembangannya masyarakat Kedungsri sudah menggunakan alat strum yang akibatnya akan menguras populasi belut
di perairan umum. Dengan kejadian tersebut diatas maka lama kelamaan belut akan
punah dan kita tidak dapat lagi merasakan lezatnya belut. Oleh karena itu
menurut kami dalam keadaan yang seperti ini maka belut layak kita budidayakan,
karena dengan berkurangnya stok belut di sawah dan kebutuhan akan belut
bertambah sehingga memudahkan daya saing kita dalam usaha budidaya belut.
Teknologinya
juga masih mudah tidak memerlukan teknologi yang tinggi.
-
Sidat.
Kita patut
mengucapkan syukur pada Allah SWT, bahwa daerah kita dianugerahi olehNya yaitu
sidat, hal ini karena sidat tidak kita dapatkan di setiap tempat. Akan tetapi
untuk pembudidayaannya harus dengan teknologi yang agak susah. Namun sangat baik apabila kita coba untuk membudidayakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar